A.
ECHOSOUNDER
a.
Definisi Echosounder
Echosounder adalah suatu alat
navigasi elektronik dengan menggunakan system gema yang dipasang pada dasar
kapal yang berfungsi untuk mengukur kedalaman perairan, mengetahui bentuk dasar
suatu perairan dan untuk mendeteksi gerombolan ikan dibagian bawah kapal secara
vertical.
Sebuah echosounder ilmiah adalah perangkat yang menggunakan
teknologi SONAR untuk pengukuran bawah air fisik dan biologis
komponen-perangkat ini juga dikenal sebagai SONAR ilmiah. Aplikasi termasuk
batimetri, klasifikasi substrat, studi vegetasi air, ikan, dan plankton, dan
diferensiasi massa air (en.wikipedia.org).
Echosounder merupakan salah satu teknik pendeteksian bawah
air. Dalam aplikasinya, Echosounder menggunakan instrument yang dapat
menghasilkan beam (pancaran gelombang suara) yang disebut dengan transduser.
Echosounder adalah alat untuk mengukur kedalaman air dengan mengirimkan tekanan
gelombang dari permukaan ke dasar air dan dicatat waktunya sampai echo kembali
dari dasar air (Parkinson, B.W., 1996).
Jarak
dasar laut dapat diketahui dengan rumus:
Jarak = ½ x kecepatan suara x waktu echo |
Echosounder
dilengkapi dengan proyektor untuk menghasilkan gelombang akustik yang akan di masukan
ke dalam air laut. Sonar bathymetric memerlukan proyektor yang dapat
menghasilkan berulang-ulang kali pulsa akustik yang dapat dikontrol. Kegunaan
dasar Echosounder adalah untuk mengukur kedalaman suatu perairan dengan
mengirimkan gelombang dari permukaan ke dasar dan dicatat waktunya hingga Echo
kembali dari dasar (William, 1991).
b.
Bagian-Bagian Echosunder
1.
Time
Base
Time base berfungsi sebagai penanda pulsa listrik untuk
mengaktifkan pemancaran pulsa yang akan dipancarkan oleh transmitter melalui
transducer. Suatu perintah dari time base akan memberikan saat kapan pembentuk
pulsa bekerja pada unit transmitter dan receiver.
2.
Transmiter
Transmitter berfungsi menghasilkan pulsa yang akan
dipancarkan. Suatucperintah dari kotak pemicu pulsa pada recorder akan
memberitahukan kapan pembentuk pulsa bekerja. Pulsa dibangkitkan oleh
oscillator kemudian diperkuat oleh power amplifier, sebelum pulsa tersebut
disalurkan ke transducer (Robert, 1983).
3.
Transducer
Fungsi utama dari transducer adalah mengubah energi listrik
menjadi energi suara ketika suara akan dipancarkan ke medium dan mengubah
energi suara menjadi energi listrik ketika echo diterima dari suatu target.
Selain itu fungsi lain dari transducer adalah memusatkan energi suara yang akan
dipantulkan sebagai beam.
Pulsa ditransmisikan secara bersamaan oleh keempat kuadran
tetapi sinyal diterima oleh masing-masing kuadran dan diproses secara terpisah.
Keempat kuadran diberi label a – d. Sudut θ pada satu bidang dibedakan oleh
perbedaan fase (a – b) dan (c – d), jumlah sinyal (a + c) dibandingkan dengan
jumlah sinyal (b + d). Sudut φ di dalam bidang tegak lurus terhadap yang
pertama adalah sama dibedakan oleh perbedaan fase antara (a + b) dan (c + d).
Kedua sudut tersebut mendefinisikan arah target yang spesifik (MacLennan dan
Simmonds, 2005).
Kesulitan yang dihadapi untuk mengeliminir faktor beam
pattern dapat diatasi dengan menggunakan split beam method. Metode ini
menggunakan receiving transducer yang dibagi menjadi 4 kuadran. Pemancaran
gelombang suara dilakukan dengan full beam yang merupakan penggabungan dari
keempat kuadran dalam pemancaran secara simultan. Selanjutnya, sinyal yang
memancar kembali dari target diterima oleh masing-masing kuadran secara
terpisah, output dari masing-masing kuadran kemudian digabungkan lagi untuk
membentuk suatu full beam dengan 2 set split beam. Target tunggal diisolasi
dengan menggunakan output dari full beam sedangkan posisi sudut target dihitung
dari kedua set split beam.
Transducer dengan sistem akustik split beam ini pada
prinsipnya terdiri dari empat kuadran yaitu Fore, Aft, Port dan Starboard
transducer. Transducer split beam memiliki beam yang sangat tajam (100) dan
mempunyai kemampuan menentukan posisi target dalam bentuk beam suara dengan
baik yaitu dengan mengukur beda fase dari sinyal echo yang diterima oleh kedua
belah transducer (Simrad, 1993).
4.
Reciever
Receiver berfungsi menerima pulsa dari objek dan display atau
recorder sebagai pencatat hasil echo. Sinyal listrik lemah yang dihasilkan oleh
transducer setelah echo diterima harus diperkuat beberapa ribu kali sebelum
disalurkan ke recorder. Selama penerimaan berlangsung keempat bagian transducer
menerima echo dari target, dimana target yang terdeteksi oleh transducer
terletak dari pusat beam suara dan echo dari target akan dikembalikan dan
diterima oleh keempat bagian transducer pada waktu yang bersamaan.
Split beam echosounder modern memiliki fungsi Time Varied
Gain (TVG) di dalam sistem perolehan data akustik. TVG berfungsi secara
otomatis untuk mengeliminir pengaruh attenuasi yang disebabkan oleh geometrical
sphreading dan absorpsi suara ketika merambat di dalam air.
5.
Recorder
Recorder
berfungsi untuk merekam atau menampilkan sinyal echo dan juga berperan sebagai
pengatur kerja transmitter dan mengukur waktu antara pemancaran pulsa suara dan
penerimaan echo atau recorder memberikan sinyal kepada transmitter untuk
menghasilkan pulsa dan pada saat yang sama recorder juga mengirimkan sinyal ke
receiver untuk menurunkan sensitifitasnya (FAO, 1983).
c.
Prinsip Kerja Echosunder
Prinsip
kerjanya yaitu: pada transmiter terdapat tranduser yang berfungsi untuk merubah
energi listrik menjadi suara. Kemudian suara yang dihasilkan dipancarkan dengan
frekuensi tertentu. Suara ini dipancarkan melalui medium air yang mempunyai
kecepatan rambat sebesar, v=1500 m/s. Ketika suara ini mengenai objek, misalnya
ikan maka suara ini akan dipantulkan. Sesuai dengan sifat gelombang yaitu
gelombang ketika mengenai suatu penghalang dapat dipantulkan, diserap dan
dibiaskan, maka hal yang sama pun terjadi pada gelombang ini (scribd.com). Getaran-
getaran yang terakhir ini juga dikirimkan dalam bentuk impuls-impuls vertikal
ke dasar laut dan dari dasar laut dipantulkan kembali. Sebagian dari energi
yang dipentulkan itu ditangkap kembali sebagai gema oleh alat tersebut dan
diubah menjadi impuls-impuls tegangan listrik yang lemah. Satu pesawat penguat
memberikan kepada getaran-getaran gema listrik satu amplitude lebih besar, dan
setelah itu getaran-getaran ini disalurkan ke satu pesawat petunjuk (indikator)
dan membuat gambar.
Ketika
gelombang mengenai objek maka sebagian enarginya ada yang dipantulkan,
dibiaskan ataupun diserap. Untuk gelombang yang dipantulkan energinya akan
diterima oleh receiver. Besarnya energi yang diterima akan diolah dangan suatu
program, kemudian akan diperoleh keluaran (output) dari program tersebut. Hasil
yang diterima berasal dari pengolahan data yang diperoleh dari penentuan selang
waktu antara pulsa yang dipancarkan dan pulsa yang diterima.
Transmitter
menerima secara berulang-ulang dalam kecepatan yang tinggi, sampai pada orde
kecepatan milisekon. Perekaman kedalaman air secara berkesinambungan dari bawah
kapal menghasilkan ukuran kedalaman beresolusi tinggi sepanjang lajur yang
disurvei. Informasi tambahan seperti heave (gerakan naik-turunnya kapal yang
disebabkan oleh gaya pengaruh air laut), pitch (gerakan kapal ke arah depan
(mengangguk) berpusat di titik tengah kapal), dan roll (gerakan kapal ke arah
sisi-sisinya (lambung kapal) atau pada sumbu memanjang) dari sebuah kapal dapat
diukur oleh sebuah alat dengan nama Motion Reference Unit (MRU), yang juga
digunakan untuk koreksi posisi pengukuran kedalaman selama proses berlangsung. Dari
hasil ini dapat diketahui jarak dari suatu objek yang deteksi (scribd.com).
Echosounder
ilmiah yang umum digunakan oleh Internasional, Federal, Negara dan Pemerintah
lokal dan manajemen lembaga, serta sektor swasta konsultan yang bekerja untuk
badan-badan publik. Lembaga akademik telah menyadari dan mengajarkan nilai
sampling non-invasif dengan suara untuk meningkatkan baik cakupan spasial dan
objektivitas sampling perikanan. Perikanan manajemen lembaga seperti
keanggotaan ICES dan Amerika Serikat National Marine Fisheries Service (NMFS)
biasanya menggunakan sonar ilmiah untuk tujuan penilaian saham, seperti
penilaian herring biomassa untuk tujuan manajemen sumber daya
(en.wikipedia.org).
d.
Cara Penggunaan
Cara
Menghidupkan Echosounder
1.
Periksa bagian-bagian utama Echosounder.
2.
Periksa kabel-kabel listrik sudah tersambung dengan
baik, lalu tekan tombol saklar listrik ke posisi “ON”, selanjutnya tekan
tombol “POWER DC” IC Regulatead Power Supply ke posisi “ON”.
3.
Tekan tombol “POWER” sampai terdengar bunyi “beep”
sebanyak 2 kali.
4.
Echosounder siap untuk dipergunakan.
5.
Atur tingkat kecerahan tampilan monitor dengan cara
menekan tombol “BRIGHT”.
6.
Putar “GAIN CONTROL”, gunakan : – “LOWER” untuk
dipergunakan pada perairan dangkal. – “HIGH” untuk dipergunakan di
perairan dalam.
7.
Atur skala jarak kedalaman perairan, dengan menekan
tombol “BASIC RANGE.
8.
Tekan tombol “PICTURE FEED” untuk mengatur kecepatan
pergerakan layar monitor.
9.
Tekan tombol “STC” untuk melihat sensitivitas GEMA.
10. Tekan tombol
“MENU” untuk melihat dan mengatur hal-hal lain sesuai kebutuhan. Gbr.
Transducer / Receiver.
Cara
Mematikan Echosounder
1. Normalkan “VARIABLE RANGE MARKER” ke posisi nol
dengan menekan tombol cara menekan tombol “VARIABLE RANGE MARKER”
lanjutkan dengan menekan tombol ▲ .
2.
Tekan tombol “POWER” ke posisi “OFF”.
3.
Tekan tombol “POWER DC” Power Supply ke posisi
“OFF”.
4.
Tekan tombol saklar arus listrik ke posisi
“OFF”.
Tombol-tombol
Switch Echosounder
1.
POWER : untuk mengaktifkan dan mematikan pesawat.
2.
BASIC RANGE : berfungsi untuk memilih skala jarak
jangkauan kedalaman perairan.
3.
RANGE PHASING : berfungsi untuk mengukur kedalaman
secara bertahap.
4. EXPANTION RANGE : berfungsi untuk memfokuskan tampilan
baik pada dasar perairan maupun pertengahan perairan agar lebih detail.
5.
PICTURE FEED : Untuk mengatur kecepatan jalannya
pergerakan tampilan layar monitor.
6. VARIABLE RANGE MARKER (VRM) : berfungsi untuk mengukur
jarak kedalaman target (membaring) secara pasti.
7.
POINTER : berfungsi untuk mengarahkan dan memfokuskan
kursor.
8. ECHO THRESHOLD : berfungsi untuk memberikan
sensitivitas gema yang diinginkan sehngga akan dihasilkan pancaran gema yang
tepat dan akan terlihat tampilan yang memuaskan.
9. WHITE LINE : untuk membedakan gema yang berasal dari
dasar perairan dengan gema yang berasal dari ikan.
10. SENSITIVITY
TIME CONTROL (STC) : untuk mengatur sensitivitas gema yang dihasilkan sehingga
dihasilkan gema yang optimal.
11. BRIGHT :
untuk memperjelas tingkat kecerahan monitor.
B. PRESSURE
SWITCH
a. Definisi
Pressure Switch
Pressure switch layaknya sebuah
kontrol yang sederhana. Pressure Switch atau
alat ukur tekanan menjadi satu komponen penting di dunia engineering yang
paling banyak digunakan. Saat ini saja sudah ada sekitar 50 teknologi untuk
mengukur tekanan, serta ada sekitar 300 perusahaan di dunia yang memproduksi
alat ini.
Sensor tekanan digunakan untuk mengukur besar tekanan
pada gas atau cairan (liquid). Secara ilmiah, tekanan adalah gaya yang
dibutuhkan untuk menahan sebuah fluida agar berhenti berekspansi, atau dengan
rumusan tekanan adalah besar gaya per satu satuan unit area (luas).
Dalam pengembangan teknologinya, sensor
tekanan tidak hanya digunakan untuk mengukur tekanan saja, tetapi juga
digunakan untuk mengukur aliran gas/fluida, mengukur kecepatan, level
ketinggian air, dan juga altitude (ketinggian
dari permukaan air laut). Jangan terkecoh dengan banyaknya istilah untuk alat
ukur tekanan ini, berikut adalah diantaranya: Pressure Transmitter, Pressure Transducer, Pressure Senders, Pressure Indicators, Piezometers, dan
Manometer.
Banyak sekali penggunaan sensor
tekanan ini, namun secara garis besar alat ini dapat dikelompokkan berdasarkan
kondisi sistem yang menggunakannya, yakni sebagai berikut:
1. Absolute Pressure Sensor
Sensor tekanan ini menggunakan
referensi nilai nol absolut sebagai titik nol nya, atau dengan kata lain nilai
sensor tekanan ini besarnya relatif terhadap tekanan pada kondisi vakum
absolut. Dalam standard satuan SI, menggunakan satuan “bar a” yang berarti “bar
absolute”.
2. Gauge Pressure
Sensor tekanan jenis ini
pengukurannya relatif terhadap tekanan atmosfir dimana alat tersebut digunakan.
Alat ini digunakan pada alat ukur tekanan ban kendaraan bermotor, saat alat ini
membaca “nol”, berarti besar tekanan adalah sama dengan tekanan ambient
atmosfer.
3. Vacuum Pressure Sensor
Alat ini digunakan untuk mengukur
tekanan sebuah sistem yang bekerja di bawah tekanan atmosfer. Contoh
penggunaannya adalah untuk mengukur tekanan sistem kondensor pada siklus Water-SteamPLTU yang harus selalu bekerja di tekanan
vakum.
4. Differential Pressure (DP)
Sensor
Alat ini sering juga disebut DP Transmitter, yang digunakan untuk membaca tekanan
pada dua sisi sistem yang saling berhubungan. Salah satu contoh penggunaan alat
ini adalah pada filter oli, jika nilai DP antara sisi inlet dan outlet terlalu
besar maka dapat diindikasikan bahwa kotoran pada filter sudah semakin banyak.
5. Sealed Pressure Sensor
Jenis ini sama dengan Gauge Pressure Sensor, namun tidak menggunakan tekanan
atmosfer sebagai titik acuan. Alat ini menggunakan titik acuan tertentu yang
disesuaikan dengan desain sistem yang ada.
b. Prinsip
Kerja Pressure Switch
Secara singkat prinsip kerja
pressure switch dapat dijelaskan sebagai berikut: Bila tekanan air meningkat,
membran akan terdorong ke dalam. Berikutnya pegas akan terdorong juga. Tuas
akan terdorong dan akan mendorong pegas daun, pegas daun yang mendorong tuas
terakhir yang akan membuka anak kontak. Singkat kata pompa mati.
Bila ada pemakain air, tekanan air
akan berkurang, membran akan tertarik keluar. Pegas spiral juga akan
mengembang, tuas akan ikut bergerak, pagas daun akan terdorong juga. Pegas daun
akan menarik tuas dan menutup anak kontak. Pompa akan menyala.
Pegas daun, berfungsi membedakan
antara set point ON dan OFF, tekanan yang umum dipakai 1.1 kg/cm2 untuk ON dan
1.8 kg/cm2 untuk OFF. Gap ini akan memberikan jeda untuk ON dan OFF. Secara
jangka panjang akan membuat pompa jadi lebih awet. Walau keawetan juga
dipengaruhi oleh cara penggunaan dan tentu saja kualitas dari pompa itu
sendiri.
c. Cara
Penggunaan Pressure Switch
Berikut adalah cara
menggunakan Pressure Switch.
Persiapan alat:
- Multi meter (ohm).
- Calibrator Air pressure regulator
(injektor udara bertekanan) atau Oil Pressure
Pump (pompa oli bertekanan).
- selang (tubing) dan konektor untuk
menghubungkan alat calibrator dengan inlet Pressure Switch.
Cara Kalibrasi Pressure Switch Normally
Open:
Hubungkan Kabel Multimeter
(Ohm) pada contact pressure Switch yang bertanda NO dan C (common) hubungkan
selang alat calibrator pada inlet pressure switch.
Berikan sinyal masukan
berupa pneumatik (angin bertekanan) atau Oli Pada inlet Pressure Switch.
Biasanya kalau mempunyai setting yang besar misalnya 100 kg/cm2 bisa
menggunakan Pompa Oli dengan Gauge lebih dari 100 kg/cm2.
Naikkan Pressure perlahan
lahan sampai mencapai settingnya.lalu Amati tekanan pada Pressure gauge, bila
jarum (pointer) pada Pressure gauge sudah mencapai settingnya namun indikasi
pada multimeter belum terhubung, berarti perlu dilakukan adjustment setting
dengan mengurangi putaran pressure adjustmen screw namun bila jarum (pointer)
pada Pressure gauge belum mencapai setting namun indikasi pada multimeter sudah
terhubung maka perlu menambah putaran pressure adjustmen screw. Lakukan
pengesetan sampai mendapatkan setting yang diinginkan.
Cara Kalibrasi Pressure Switch Normally
Close:
Hubungkan Kabel Multimeter
(Ohm) pada contact pressure Switch yang bertanda NC dan C (common) indikasi
pada multimeter akan langsung menunjukan terhubung (close contact) Hubungkan
selang alat calibrator pada inlet pressure switch. Berikan sinyal masukan
berupa pneumatik (angin bertekanan) atau Oli Pada inlet Pressure Switch.
Naikkan Pressure perlahan
lahan sampai mencapai settingnya.lalu Amati tekanan pada Pressure gauge, bila
jarum (pointer) pada Pressure gauge sudah mencapai settingnya namun indikasi
pada multimeter belum terlepas, berarti perlu dilakukan adjustment setting
dengan mengurangi putaran pressure adjustmen screw namun bila jarum (pointer)
pada Pressure gauge belum mencapai setting namun indikasi pada multimeter sudah
terlepas maka perlu menambah putaran pressure adjustmen screw.
C. SOUND LEVEL METER
a. Definisi Sound Level Meter
Sound Level Meter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar suara
bising mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Alat ini digunakan
untuk mengukur intensitas kebisingan antara 30-130 dBA dan dari frekuensi
20Hz-20.000Hz. Sound
level meter merupakan alat atau instrumen yang berguna untuk mengukur tingkat
kebisingan suatu daerah. Kebisingan sendiri bisa diartikan sebagai gangguan
suara berlebihan yang tidak diinginkan, seperti misalnya bunyi musik, bunyi
mesin, bunyi kendaraan dan lain sebagainya. Kebisingan bukan hanya dapat
mengganggu tingkat kenyamanan, namun juga akan mengganggu kesehatan hingga
berdampak pada ketulian. Oleh karena itu, untuk mengetahui tingkat kebisingan
di lingkungan kerja yang biasanya terjadi selama setiap hari di tempat Anda
kerja, digunakan lah alat ukur kebisingan yang dinamakan dengansound level
meter.
Suatu
perangkat alat uji untuk mengukur tingkat kebisingan suara, hal tersebut sangat
diperlukan terutama untuk lingkungan industri, contoh pada industri penerbangan
dimana lingkungan sekitar harus diuji tingkat kebisingan suara atau tekanan
suara yang ditimbulkannya untuk mengetahui pengaruhnya terhadap lingkungan
sekitar. Sound level meter saat ini memiliki standarisasi international dengan standar EC
61672:2003. Ada beberapa faktor yang menjadi pengaruh dalam pengukuran
menggunakan sound level meter ini hal tersebut membuat gelombang suara yang
terukur bisa jadi tidak sama dengan nilai intensitas gelombang suara sebenarnya.
faktor tesebut sebagai berikut : Adanya angin yang bertiup dari berbagai arah
menyebabkan tidak akuratnya nilai yang terukur oleh sound level meter. Pengaruh
kecepatan angin membuat nilai intensitas suara yang terukur tidak sesuai dengan
intensitas suara dari sound level meter. Dari beberapa faktor tesebut diketahui bahwa perjalanan suara
berpengaruh dengan benda sekitar yang menyerap suara.
b. Prinsip
Kerja Sound Level Meter
Sound level meter
termasuk alat elektronik, sehingga pertama kali nyalakan alat ini terlebih
dahulu. Sebelum menggunakan alat ini, perlu dilakukan pengecekan kalibrasi alat
ini untuk memastikan akurasi alat ini dalam pengukuran nanti. Kalibrasi yang
ideal adalah 90% ke atas. Tahap selanjutnya menemtukan range dan satuan
yang akan digunakan. Pada umumnya, digunakan satuan dB (decibel). Setelah itu,
arahkan microphone kea rah sumber suara yang akan diukur. Selanjutnya
amati angka yang tertera pada layar sound level meter.
c. Cara Penggunaan
Sound Level Meter
Pada umumnya SLM & Noise Dosimeter diarahkan ke sumber
suara, setinggi telinga, agar dapat menangkap kebisingan yang tercipta. Untuk
keperluan mengukur kebisingan di suatu ruangan kerja, pencatatan dilaksanakan
satu shift kerja penuh dengan beberapa kali pencatatan dari SLM. Cara
pemakainnya adalah sebagai berikut:
Persiapan
alat
1. Pasang
baterai pada tempatnya.
2. Tekan
tombol power.
3. Cek
garis tanda pada monitor untuk mengetahui baterai dalam keadaan baik
atau tidak.
4. Kalibrasi
alat dengan kalibrator, sehingga alat pada monitor sesuai dengan angka
kalibrator.3
Pengukuran
1.
Pilih selektor pada posisi:
a. Fast :
untuk jenis kebisingan kontinu
Bising
dimana fluktuasi dari intensitasnya tidak lebih dari 6 dB dan tidak
putus-putus. Bising kontinu dibagi menjasi dua yaitu:
Wide
Spectrum merupakan bising dengan spectrum frekuensi yang luas. Bising ini
relatif tetap dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode 0.5 detik
berturut-turut, seperti suara kipas angin, suara mesin tenun.
Narrow
Spectrum merupakan bising yang relative tetap akan tetapi hanya mempunyai
fekuensi tertentu saja (frekuensi 500, 1000, 4000) misalnyaa gergji sirkuler,
katup gas.
b. Slow :
untuk jenis kebisingan impulsif / terputus-putus
Bising ini sering
disebut juga intermitten noise, yaitu bising yang berlangsung secara tidak
terus terusan, melainkan ada periode rekatif tenang misalnya lalu lintas,
kendaraan, kapal terbang, kereta api.
2.
Pilih selektor range intensitas
kebisingan.
3.
Tentukan lokasi pengukuran.
4.
Setiap lokasi pengukuran dilakukan pengamatan selama
1-2 menit dengan kurang lebih 6
kali
pembacaan. Hasil pengukuran adalah angka yang ditunjukkan pada monitor.
5.
Catat hasil pengukuran dan hitung rata-rata kebisingan
(Lek)
Lek = 10 log 1/n (10 L1/10+10L2/10+10L3/10+....) dBA
Berdasarkan keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP/51/MEN/1999 zona
kebisingan dibedakan atas tiga bagian, yaitu:
a.
Zona aman tanpa pelindung
: < 85 dBA
b.
Zona dengan pelindung ear plug : 85 - 95 dBA
c. Zona dengan pelindung ear muff : > 95 Dba
Tidak ada komentar:
Posting Komentar